• info@suryabuana.sch.id
  • 62 341 574-185

search
  • Jumat Berwarna dan Bermakna untuk Saudara kita di Donggala

    Pasca Penilaian Tengah Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019, Jumat, 5 Oktober 2018 siswa-siswi SD Islam Surya Buana mempunyai tiga kegiatan yang inspiratif. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk respon cepat lembaga terhadap bencana gempa dan tsunami yang sedang melanda Sulawesi Tengah dan sekitarnya. Kegiatan pertama adalah penyuluhan tentang cara menyelamatkan diri dari gempa dan beberapa bencana yang disampaikan langsung oleh Bapak Sadono dan Bapak Johan dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kota Malang. Kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada siswa dalam menghadapi bencana. Bapak Johan menyampaikan beberapa tips kepada siswa ketika di sekolah sedang terjadi bencana gempa. Tips tersebut adalah melindungi kepala menggunakan tas, jangan panik, apabila gempa tidak terlalu besar bisa berlindung di bawah meja terlebih dahulu, menjauh dari kaca, berlindung di tempat terbuka, dan jangan pulang karena membuat bingung orang tua.

    Selain berbagi tips aman, Bapak Johan juga mengedukasi siswa-siswi dengan nyanyian yang mudah diingat. Ada yang mau tahu liriknya? Seperti ini, nih liriknya. Dinyanyikan dengan nada lagu Dua Mata Saya, ya! "Kalau ada gempa lindungi kepala, Kalau ada gempa masuk kolong meja, Kalau ada gempa menjauh dari kaca, Kalau ada gempa larilah ke tempat yang terbuka" Siswa-siswi tampak antusias dalam menyimak dan mengikuti nyanyian yang dinyanyikan oleh Bapak Johan. Sesampai di kelas pun, mereka dengan lantangnya menyanyikan lagu tersebut. Wah, sangat bermakna, ya rupanya? Kegiatan kedua adalah pengumpulan donasi untuk saudara-saudara kita yg menjadi korban gempa dan tsunami di Palu serta Donggala. Seperti kegiatan donasi sebelumnya, kegiatan donasi kali ini juga bekerja sama dengan YDSF Kota Malang. Siswa-siswi menyiapkan amal terbaik mereka. Bahkan, ada yang menyumbangkan seluruh tabungannya. Kegiatan peduli gempa dan tsunami ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa simpati dan empati pada siswa. Data terakhir donasi yang terkumpul sebanyak Rp 16.487.500,-. Semoga bisa bermanfaat dan bisa sedikit meringankan beban saudara kita yang berada di Palu dan Donggala.

    Serangkaian kegiatan donasi yang bekerjasama dengan YDSF adalah cerita ceria yang disampaikan oleh Kak Bagus. Mulai dari ice breaking, sulap, games, dan puncaknya adalah mendongeng yang dikemas dengan sangat variatif. Cerita ceria ini sungguh menarik perhatian seluruh warga SD Islam Surya Buana. Sesuai dengan judulnya, semua orang menjadi ceria karena mendengarkan cerita dari Kak Bagus ini. Di dalam ceritanya, tersisip pesan-pesan berharga untuk siswa-siswi. Dengan media "Boneka Untung", Kak Bagus berpesan kepada siswa-siswi untuk rajin sholat, mengaji, bersedekah, dan pesan-pesan yang baik lainnya yang mengedukasi siswa-siswi untuk menjadi anak yang sholih dan sholihah dengan taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Penyampaian yang menarik ini bisa menjadi inspirasi Bapak Ibu Guru untuk berinovasi dalam pembelajaran yang menyenangkan. Rasanya waktu 30 menit sangat kurang untuk cerita ceria dari Kak Bagus. Kami semua berharap agar bisa mendengarkan cerita ceria dari Kak Bagus di lain waktu dengan durasi yang lebih lama lagi. Jumat kali ini sungguh berwarna dan bermakna. Berwarna dan bermakna untuk kita semua, khususnya untuk saudara kita di Donggala, Palu, Sulawesi Tengah.

    Terimakasih banyak atas kerja sama dari berbagai pihak. Semoga dicatat Allah sebagai amal sholih. Aamiin aamiin aamiin. Dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang membantu seorang muslim (dalam) suatu kesusahan di dunia maka Allah akan menolongnya dalam kesusahan pada hari kiamat, dan barangsiapa yang meringankan (beban) seorang muslim yang sedang kesulitan maka Allah akan meringankan (bebannya) di dunia dan akhirat” - HSR Muslim (no. 2699).

    Ditulis Oleh : Mega Jasinta, S.Pd. / Wali Kelas 1B – Guru Bahasa Inggris Kelas Atas Kurniawati, S.Si., S.Pd. / Waka Kurikulum - Wali Kelas 6C – Guru Matematika Kelas 6 Foto Oleh : M. Ilyas Al-Rochim, S.Pd. Gr. / Guru PJOK Kelas Bawah
  • Menumbuhkan Minat Baca Anak Usia Dini (Kandungan)

    Pada Minggu, 23 September 2018 Perguruan Surya Buana Malang mengirimkan 3 delegasi dari masing-masing lembaga mulai dari KB-TK, SDI dan MTs Surya Buana Malang dalam acara “Talkshow Menumbuhkan Minat Baca Anak Usia Dini (Kandungan)” di Pendopo Kabupaten Malang. Acara ini diselenggarakan oleh L-PSDM Titian Insan Cemerlang (TIC) bekerjasama dengan Komunitas Belajar Bengkel Kreasi serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Malang dalam rangka memperingati Pekan Buku Nasional 2018 dan Roadshow Literasi Nasional. Banyak pejabat teras yang hadir dalam acara ini mengingat pentingnya menggalakkan budaya literasi.

    Narasumber pertama pada talkshow kali ini adalah Bapak Dr. Tjahjo Suparjogo, M.Si. Beliau adalah motivator minat baca nasional, reviewer buku-buku parenting Kemendikbud, dan fasilitator minat baca perpustakaan RI. Sedangkan narasumber kedua adalah Bunda Aini-Kiki. Beliau adalah Ibunda dari Aini, penulis buku KKPK (Kecil-kecil Punya Karya), penulis buku “Membaca se Asyik Bermain”, penulis buku parenting Kemendikbud, dan pembicara parenting sahabat keluarga di youtube.

    Mengawali talkshow pada kesempatan itu, Pak Cahyo -sapaan akrab Bapak Dr. Tjahjo Suparjogo, M.Si. - menyampaikan bahwa menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1000 orang di Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Riset berbeda bertajuk “Most Littered Nation In the World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Sedangkan data PISA (Program for International Student Assessment, red) peringkat Indonesia dalam hal minat membaca adalah 69 dari 76 negara. PISA merupakan sistem penilaian secara internasional yang menitikberatkan pada kemampuan anak usia 15 tahun dalam bidang literasi membaca, literasi matematika dan literasi dalam bidang sains. Ini adalah fakta yang sangat memprihatinkan. Ada 3 topik penting yang beliau sampaikan yaitu (1) Kiat-kiat gemar membaca, (2) Pengembangan Bahasa Saling (3) Intervensi dini dalam membaca.

    Pada topik pertama beliau menyampaikan bahwa kita lah penentu anak kita memiliki minat dan gemar membaca atau tidak. Sebelum adanya sanggar baca, dan sebagainya maka minat baca pada dasarnya bisa ditumbuhkan dari keluarga. Jika minat tersebut sudah ditumbuhkan kemudian diasah maka akan menjadi kegemaran, lalu menjadi hobi, kebiasaan / habbit dan pada akhirnya budaya. Budaya membaca/literasi inilah yang kita harapkan untuk memperbaiki kondisi negara kita dari langkah kecil. Fenomena yang terjadi selama ini dan sebenarnya salah kaprah adalah para orang tua menyerahkan sepenuhnya kepada PAUD dan lepas tangan di dalam membudayakan literasi. Padahal, keluarga lah penentu segalanya. Analogi terdapat 2 kondisi pohon yaitu pohon rindang dan pohon kering, sebenarnya yang membedakan keduanya adalah seberapa besar stimulus membaca dari keluarga sehingga sel syaraf otak pada anak-anak bercabang banyak atau sedikit.

    Pada topik kedua beliau menyampaikan bahwa ada keterkaitan antara mendengar→berbicara, dan menulis→membaca. Maksudnya adalah seorang anak tidak akan mampu berbicara jika tidak pernah mendengar sesuatu. Kemudian seorang anak juga tidak akan mampu membaca jika tidak pernah menulis sesuatu. Jadi, sebelum ditemukan teori membaca, mendengar adalah proses alamiah dan orang tua wajib memperdengarkan sesuatu kepada anak. Dengan kata lain, banyak sedikitnya diksi yang dimiliki oleh anak tergantung diksi yang sering diberikan dan diekspresikan orang tua.

    Pada topik ketiga beliau menjelaskan bahwa intervensi dini dalam membaca bisa dimulai sejak dalam kandungan. Para ibu dan ayah diharapkan berbicara yang lembut, karena pada dasarnya janin sudah bisa merasakan dengan hati meskipun indra pendengarannya belum sempurna. Para bunda lebih bagus lagi jika memperdengarkan suara-suara seperti musik instrumental, ayat-ayat suci Al-Qur’an, bisa melakukan monolog seperti bersholawat, bahkan bisa berdialog menggunakan media buku, atau mengajak komunikasi si janin dengan sapaan penuh kasih sayang. Jika hal ini dipatuhi inshAllah buah hati akan terlahir dengan sempurna, cerdas dan sholih/ah serta kutu buku. Narasumber kedua, Bunda Aini mengangkat topik yang tak kalah seru dari pembicara pertama yaitu “Mendidik Anak di Era Digital”. Prolog beliau adalah hadiah terbaik adalah buku. Empat Tips Menumbuhkan Minat Baca sejak Dini, yaitu 4”Si” : 1) Stimulasi, 2). Imitasi, 3). Fasilitasi, 4). Apresiasi.

    Stimulasi bisa dilakukan dengan cara memberikan hadiah / reward yang dicapai anak berupa buku, tampakkan gesture berbinar-binar saat melihat judul buku yang bagus (Wah, bagusnya buku itu!!), menjadi role model yang mencintai buku, jika orang tua selalu bermain gadget, dapat dipastikan si anak juga suka gadget, serta memberi contoh membaca buku setiap saat. Imitasi/ peniru ulung. Seperti Semboyan Ki Hajar Dewantoro”Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.” Anak lebih suka meniru tingkah laku orang tua daripada ucapan. Anak lebih mudah meniru apa yang kita lakukan daripada yang kita perintahkan.

    Fasilitasi, yaitu memberikan fasilitas kepada siswa. Hal itu bisa dilakukan dengan meletakkan buku tidak jauh dari arena bermain. Yang terakhir yaitu apresiasi. Apresiasi adalah memberi penghargaan kepada anak jika sudah mulai menunjukkan kegemaran membaca buku meskipun dalam prosentase yang masih sangat kecil. Pada akhir penyajian materi, beliau menyampaikan penelitian yang menunjukkan bahwa Bill Gates (salah seorang pengusaha revolusi komputer pribadi terkenal di dunia) memberikan piranti teknologi ke putrinya pada saat usia 14 tahun. Pemberian tersebut disertai dengan penjelasan (SOP), manfaat saat itu dan ke depannya seperti apa. Nah, bagaimana dengan kita? Selama ini para orang tua sangat bangga jika sudah memberikan gadget kepada anaknya yang masih kecil bahkan balita, yang notabene belum cukup umur dan belum bisa bijak dalam memanfaatkan media sosial, belum bisa memfilter konten mana yang baik dan tidak baik untuk dikonsumsi.

    Sekian ulasan singkat artikel tentang Menumbuhkan Minat Baca Anak Usia Dini, semoga kita bisa mengaplikasikan untuk diri sendiri, keluarga, kelas, sekolah, masyarakat hingga akhirnya tercipta bangsa yang haus akan membaca kapan pun dan di manapun berada.

    Oleh: Kurniawati, S.Si., S.Pd. Guru Kelas VI-C dan Waka Kurikulum SDI Surya Buana Malang
  • Menumbuhkan Minat Baca Anak Usia Dini (Kandungan)

    Pada Minggu, 23 September 2018 Perguruan Surya Buana Malang mengirimkan 3 delegasi dari masing-masing lembaga mulai dari KB-TK, SDI dan MTs Surya Buana Malang dalam acara “Talkshow Menumbuhkan Minat Baca Anak Usia Dini (Kandungan)” di Pendopo Kabupaten Malang. Acara ini diselenggarakan oleh L-PSDM Titian Insan Cemerlang (TIC) bekerjasama dengan Komunitas Belajar Bengkel Kreasi serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Malang dalam rangka memperingati Pekan Buku Nasional 2018 dan Roadshow Literasi Nasional. Banyak pejabat teras yang hadir dalam acara ini mengingat pentingnya menggalakkan budaya literasi. Narasumber pertama pada talkshow kali ini adalah Bapak Dr. Tjahjo Suparjogo, M.Si. Beliau adalah motivator minat baca nasional, reviewer buku-buku parenting Kemendikbud, dan fasilitator minat baca perpustakaan RI. Sedangkan narasumber kedua adalah Bunda Aini-Kiki. Beliau adalah Ibunda dari Aini, penulis buku KKPK (Kecil-kecil Punya Karya), penulis buku “Membaca se Asyik Bermain”, penulis buku parenting Kemendikbud, dan pembicara parenting sahabat keluarga di youtube. Mengawali talkshow pada kesempatan itu, Pak Cahyo -sapaan akrab Bapak Dr. Tjahjo Suparjogo, M.Si. - menyampaikan bahwa menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1000 orang di Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Riset berbeda bertajuk “Most Littered Nation In the World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Sedangkan data PISA (Program for International Student Assessment, red) peringkat Indonesia dalam hal minat membaca adalah 69 dari 76 negara. PISA merupakan sistem penilaian secara internasional yang menitikberatkan pada kemampuan anak usia 15 tahun dalam bidang literasi membaca, literasi matematika dan literasi dalam bidang sains. Ini adalah fakta yang sangat memprihatinkan. Ada 3 topik penting yang beliau sampaikan yaitu (1) Kiat-kiat gemar membaca, (2) Pengembangan Bahasa Saling (3) Intervensi dini dalam membaca. Pada topik pertama beliau menyampaikan bahwa kita lah penentu anak kita memiliki minat dan gemar membaca atau tidak. Sebelum adanya sanggar baca, dan sebagainya maka minat baca pada dasarnya bisa ditumbuhkan dari keluarga. Jika minat tersebut sudah ditumbuhkan kemudian diasah maka akan menjadi kegemaran, lalu menjadi hobi, kebiasaan / habbit dan pada akhirnya budaya. Budaya membaca/literasi inilah yang kita harapkan untuk memperbaiki kondisi negara kita dari langkah kecil. Fenomena yang terjadi selama ini dan sebenarnya salah kaprah adalah para orang tua menyerahkan sepenuhnya kepada PAUD dan lepas tangan di dalam membudayakan literasi. Padahal, keluarga lah penentu segalanya. Analogi terdapat 2 kondisi pohon yaitu pohon rindang dan pohon kering, sebenarnya yang membedakan keduanya adalah seberapa besar stimulus membaca dari keluarga sehingga sel syaraf otak pada anak-anak bercabang banyak atau sedikit. Pada topik kedua beliau menyampaikan bahwa ada keterkaitan antara mendengar→berbicara, dan menulis→membaca. Maksudnya adalah seorang anak tidak akan mampu berbicara jika tidak pernah mendengar sesuatu. Kemudian seorang anak juga tidak akan mampu membaca jika tidak pernah menulis sesuatu. Jadi, sebelum ditemukan teori membaca, mendengar adalah proses alamiah dan orang tua wajib memperdengarkan sesuatu kepada anak. Dengan kata lain, banyak sedikitnya diksi yang dimiliki oleh anak tergantung diksi yang sering diberikan dan diekspresikan orang tua. Pada topik ketiga beliau menjelaskan bahwa intervensi dini dalam membaca bisa dimulai sejak dalam kandungan. Para ibu dan ayah diharapkan berbicara yang lembut, karena pada dasarnya janin sudah bisa merasakan dengan hati meskipun indra pendengarannya belum sempurna. Para bunda lebih bagus lagi jika memperdengarkan suara-suara seperti musik instrumental, ayat-ayat suci Al-Qur’an, bisa melakukan monolog seperti bersholawat, bahkan bisa berdialog menggunakan media buku, atau mengajak komunikasi si janin dengan sapaan penuh kasih sayang. Jika hal ini dipatuhi inshAllah buah hati akan terlahir dengan sempurna, cerdas dan sholih/ah serta kutu buku. Narasumber kedua, Bunda Aini mengangkat topik yang tak kalah seru dari pembicara pertama yaitu “Mendidik Anak di Era Digital”. Prolog beliau adalah hadiah terbaik adalah buku. Empat Tips Menumbuhkan Minat Baca sejak Dini, yaitu 4”Si” : 1) Stimulasi, 2). Imitasi, 3). Fasilitasi, 4). Apresiasi. Stimulasi bisa dilakukan dengan cara memberikan hadiah / reward yang dicapai anak berupa buku, tampakkan gesture berbinar-binar saat melihat judul buku yang bagus (Wah, bagusnya buku itu!!), menjadi role model yang mencintai buku, jika orang tua selalu bermain gadget, dapat dipastikan si anak juga suka gadget, serta memberi contoh membaca buku setiap saat. Imitasi/ peniru ulung. Seperti Semboyan Ki Hajar Dewantoro”Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.” Anak lebih suka meniru tingkah laku orang tua daripada ucapan. Anak lebih mudah meniru apa yang kita lakukan daripada yang kita perintahkan. Fasilitasi, yaitu memberikan fasilitas kepada siswa. Hal itu bisa dilakukan dengan meletakkan buku tidak jauh dari arena bermain. Yang terakhir yaitu apresiasi. Apresiasi adalah memberi penghargaan kepada anak jika sudah mulai menunjukkan kegemaran membaca buku meskipun dalam prosentase yang masih sangat kecil. Pada akhir penyajian materi, beliau menyampaikan penelitian yang menunjukkan bahwa Bill Gates (salah seorang pengusaha revolusi komputer pribadi terkenal di dunia) memberikan piranti teknologi ke putrinya pada saat usia 14 tahun. Pemberian tersebut disertai dengan penjelasan (SOP), manfaat saat itu dan ke depannya seperti apa. Nah, bagaimana dengan kita? Selama ini para orang tua sangat bangga jika sudah memberikan gadget kepada anaknya yang masih kecil bahkan balita, yang notabene belum cukup umur dan belum bisa bijak dalam memanfaatkan media sosial, belum bisa memfilter konten mana yang baik dan tidak baik untuk dikonsumsi. Sekian ulasan singkat artikel tentang Menumbuhkan Minat Baca Anak Usia Dini, semoga kita bisa mengaplikasikan untuk diri sendiri, keluarga, kelas, sekolah, masyarakat hingga akhirnya tercipta bangsa yang haus akan membaca kapan pun dan di manapun berada. Oleh: Kurniawati, S.Si., S.Pd. Guru Kelas VI-C dan Waka Kurikulum SDI Surya Buana Malang

OUR PARTNER

Dalam rangka mewujudkan visi misinya surya buana bekerjasama dengan beberapa instansi berikut .

CONTACT INFO

  • Address: Jalan Gajayana IV/631, Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia
  • Phone: +62 341 574 185
  • Mail: info@suryabuana.sch.id